Ia tidak pernah meminta diajak serta, karena semestinya kita yang membutuhkan keberadaannya kemana kaki melangkah. Senantiasa memberi jawaban atas semua tanya, mengoleskan kesejukan untuk setiap hati yang gersang. Bagi yang gelisah dan gundah, ia akan menjadi obat mujarab yang mampu memberikan ketenagan. Ia juga menjadi pelipur lara bagi ng bersedih. Tanpa di minta, jika kita mau, ia selalu menunjukkan jalan yang benar dengan cara yang sangat arif. Ikuti jalannya jika mau selamat atau tak perlu hiraukan peringatahnya asal mau dan sanggup menanggung semua resikonya. Ia tak pernah merasakan kita untuk memetuhinya karena itu bukan sifatnya.
Tutur katanya, indah menabjukkan, menyiratkan kebesaran maha pujangga dibalik untaiaan goretan barisan hikmah padanya. Tak ada yang sehebat ia dalam bertutur, tak ada pula yang seindah ia dalam bersapa. Hingga akhirnya, setiap yang mengenalnya senantiasa ingin membawanya serta kemanapun. Tak peduli siang, malam, terik atau pun mendung, ia akan setia menemani. Cukup hanya memahami kedalamanya, tak terasa setitik air bening mengalir dari sudut mataku. Hingga satu masa, aku begitu mencintainya. Sungguh tiada tanding Maha Pujangga pencipta teman terbaikku ini.
Sebegitu dekatnya kami berdua, sehingga melewati satu haripun tanpanya, hati akan kering, gersang dan merindaharau. Ada kegetiran yang terasa menyayat saat tak bersamanya, bahkan pernah aku tersesat, sejenak kemudian aku teringat pesan-pesannya, hingga aku terselamatkan dari kesesatan yang menakutkan. Di waktu lain, aku berada di persimpangan jalan yang membuatku tak tau menentukan arah melangkah, berkatnya aku menemukan jalan terbaik, entah bagaimana jika ia tak bersamaku saat itu.
Kawan, maukah kamu mendengarkan batapa kelamnya satu masaku tanpa teman terbaikku itu?.
Mulanya hanya lupa tak membawanya serta ke satu tempat. Esoknya sewaktu ketepat yang berbeda, akau tak mengajaknya serta, karena ku pikir aku ketempat yang satu ini, saya tak pantas membawanya serta saat itu saya lupa pesan ayah, “jika tak bersamanya, keselamatanmu terancam”. Esok hari dan seterusnya, entah lupa entah sudah terbiasa teman terbaik itu tak pernah lagi kuajak serta. Kubiarkan ia berhari-hari bersandar di salah satu sudut kamarku. Satu minggu, bulan berlalu dan tahunpun berganti, aku semakin lupa kepadanya, padahal ia senantiasa menungguku dan masih di sudut karaku hingga berdebu.
Hingga satu masa, bukan sekedar lupa. Bahkan aku mulai malu untuk mengajaknya. Di saat yang sama, semakin tak sadar jika diri ini telah jauh semakin tersesat dari jalur yang semestinya. Tapi aku tak peduli, ketika seorang teman menyampaikan teguran dari teman terbaikku agar kamu memperbaiki langkahku. Ai cerewet terlau mencampuri urusanku.
Begitulah kawan, anda pasti sudah tau akibatnya. Langkahku terseok-seok, pendirianku goyah hingga tubuhku limbung. Mata hati ini mungkin telah mati hingga tak mampu lagi membedakan hitam dan putih. Semakin dalam aku teperosok, tanganku menggapai-gapai, nafasku sesak oleh lumpur dosa. Disaat hampir sekarat itu mata ku masih menangkap sosok kecil sarat debu disaat kurebahkan tubuh di kamarku.
Ya! Sepertinya akau pernah mengenalnya. Teman yang pernah dikenalkan ayah kepadaku dulu. Ia yang pernah sekian lama setia menemaniku kamanapun aku pergi. Teman terbaik yang pernah kumiliki, ia masih setia menungguku di sudut kamar, dan semakin berdebu. Kuhampiri, perlahan ku sentuh kembali. “jangan ragu, kembalilah padaku. Aku masih teman terbaikmu. Ajaklah aku kemanapun pergi” kuat seolah dia berbisik kepadaku dan menarik tangan ku untuk segera menyergapnya. ffwuhhh...!!! kuhempaskan debu yang menyelimutinya dengan sekali hembusan. Nampaklah senyum indah tamen terbaikku itu.
Ingin ku menagis setelah sekian lama meninggalkanya. Ternyata, ia teramat setia jika kita menghendakinya. Kini, bersamaya kembali kurajut jalinan persahabatan. Aku tak ingin lagi terperosok, tersesat, terseok-seok hingga jatuh kejurang yang pernah dulu aku terjatuh. Jurang kesesatan. Bersamanya hidupku lebih damai terasa. Satu pesan ku untukmu kawan, kuyakin masing-masing kita memiliki teman terbaik itu. Jangan pernah meninggalkannya, walaupun sesaat. Percayahlah. Wallaahu ‘a’lam bishshowaab.
“dikutip dari sebuah majalah islami”